Kamis, 19 Agustus 2010

Cakil masih belajar sama Mbah Mbeling

(3) Setelah sekian lama Cakil belajar, pada suatu hari mbah Mbeling ingin melihat kemajuannya. Maka sehabis subuh dihari itu mereka berdua telah gedebag gedebug saling keluarkan jurus.

Wuuush…wuuush … uwes! Semua jurus mbah Mbeling dapat dielakkan Cakil, malah Cakil sebenarnya bisa balas menendang bokong mbah Mbeling namun diurungkannya, kurang ajar begitu pikirnya.

“Heeem … boleh juga … tapi coba yang ini!” Wuuush ...dug dug plak.. dua pukulan mbah Mbeling sengaja dibiarkan mengena badan, sedangkan satu tinju mengarah kepala ditangkisnya.

”Alhamdulillah ...” mbah Mbeling tersenyum tanpa Cakil tahu, namun tiba2 mbah Mbeling membalikkan badan dan ... swiiitzs... dengan kecepatan penuh kakinya telah nyelonong di perut Cakil ... dugg ... suara kaki mengena perut, gedebuuum ... mbah Mbeling lah yang terpental jatuh terduduk.

“Baguus!, kuda2mu telah kuat, semua syariat telah kamu landasi ilmu, kalau tidak ibadahmu akan tertolak (wa ro’dun) seperti terpentalnya Embah. Namun Kil, walau kamu telah tertib ibadah (ahli ibadah) tetapi jangan bangga dulu ... ”

“Kil, ... ketahuilah bahwa jurus embah tadi semua jurus luar (okol), maka siap-siaplah, embah mau pakai jurus tenaga dalam ...!”. “Whalah ... oke saja, don wori mbah!” jawab Cakil nggaya.

Dhu uuut ... nafas yang sedianya akan diolah di tan-tin (bawah pusar) menjadi tenaga dalam, kebablasan ke bawah sehingga keluarlah bunyi itu. “Sialan ...!” gerutu Cakil karena ikut bau. Dengan agak hati2 mbah Mbeling mengulang kembali olah napasnya dan sejenak kemudian terlontarlah tenaga dalam nggegirisi melanda Cakil tanpa suara!!!

Beeer ... suara baju terlepas dari tubuh Cakil, namun Cakil masih sempat menyambarnya. “Untung tak ada yang robek!” masih saja Cakil mengamati baju kesayangannya, sehingga tak tahu kalau mbah Meling sudah masuk rumah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar