Kamis, 19 Agustus 2010

Cakil mulai belajar sama mbah Mbeling


(1) Dalam dunia wayang, Cakil selalu kalah dalam perang, dalam mencari tak ngerti apa yang dicari, yang nyata tapi tidak nyata atau yang tidak yanta tapi nyata. Mau pergi tak tahu arah mau pulang tak tahu jalan … Hidup menjadi berat, itu yang dirasakan Cakil.

Dalam keputusasaan bertemulah Cakil dengan mbah Kyai Mbeling. Kyai yang bajunya sudah dibuang sehingga tinggal mbelingnya yang tampak, Kyai yang tidak butuh pengakuan lagi, persis apa yang diperintahkan agama “jangan lihat siapa yang berbicara tapi lihatlah apa yang dibicarakan”. Cakil suka lalu bergurulah dia.

“Stop-stop, jogedmu yang pencalikan hentikan dulu Kil, coba tunjukan saja satu jurus andalanmu, sebelum mbah Mbeling ini memulai pelajaran”

Satu kaki diangkat, kedua tangan menyilang dibelakang pantat, badan membungkuk dan pandangan mengarah kebawah begitulah jurus Cakil... lalu, ciaa aa aat ... gedabrug, belum juga gerak sudah jatuh tersungkur!

Ha ha ha ...Mbah Mbeling ketawa melihatnya. “itukah jurus andalan leluhurmu?, mengapa kamu pakai tanpa kamu kuasai ilmunya dan mengapa tak diteliti dulu!”
“Iqro’, belajarlah Kil... belajar itu wajib sampai mati. Ingat itu pesan embah yang petama” kata mbah Mbeling memulai pelajaran. Sialan! Tidak juga diberi jurus malah disuruh membaca, serapah Cakil dalam hati tapi tetap saja mendengarkan.

“Kil, belajar itu membuat kuda kudamu kokoh, badanmu kuat, tahu mana yang benar mana warisan yang kurang benar! Ketahuilah Kil... setan itu lebih suka 1000 ahli ibadah daripada menghadapi 1 ahli ilmu. Kil, .. Allah juga menghargai ahli ilmu beberapa tingkat diatas ahli ibadah”

“Namun Kil, setelah berilmu bila ilmumu betul, kamu akan menjadi manusia penakut bukan malah menjadi manusia paling ..., sesungguhnya manusia yang takut padaKu (Allah) adalah ulama (berilmu)...ingat itu Firmannya supaya kamu tidak sombong”

Selanjutnya mbah Mbeling ngeloyor begitu saja meninggalkan Cakil yang masih ingin bertanya banyak hal.===========

Tidak ada komentar:

Posting Komentar